Tanggal kuliah : 21 November 2011
Isu jender akhir-akhir ini semakin ramai dibicarakan, walaupun jender itu sendiri tidak jarang diartikan secara keliru. Jender adalah suatu istilah yang relatif masih baru. Menurut Shorwalter, wacana jender mulai ramai dibicarakan pada awal tahun 1977, ketika sekelompok feminis di London tidak lagi memakai isu-isu lama seperti patriarchal atau sexist, tetapi menggantinya dengan isu Jender (gender discourse). Sebelumnya istilah sex dan gender digunakan secara rancu.
Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan. Gender tersebut digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati.
Arti gender bukan diskriminasi, namun merupakan konstruksi social. Kata gender-lah yang membedakan dengan "jenis kelamin". Maksudnya, gender membedakan pria dan wanita berdasarkan peran-peran sosial, sedangkan jenis kelamin membedakan pria dan wanita berdasarkan ciri-ciri biologis, misalnya kalau perempuan tidak mempunyai jakun, sedangkan pria mempunyai jakun.
Namun saat ini mayoritas masyarakat Jakarta sudah mulai tidak memperdulikan perbedaan gender. Perbedaan gender ini sudah mulai di tinggalkan oleh masyarakat Jakarta karena budaya yang masuk bertubi-tubi. Seperti supir Trans Jakarta yang sekarang beberapa diantaranya adalah kaum perempuan, supir transjakarta yang seharusnya kaum pria sekarang sudah di rebut oleh kaum wanita. Zaman Globalisasi yang memotivasi kaum wanita untuk mengejar karier atau menambah penghasilan pribadi serta keluarga dengan maksud tertentu. Layaknya seorang pria, kaum wanita juga mencari pekerjaan yang seharusnya menjadi pekerjaan kaum lelaki.
Perbedaan pendapat di Kemukakan oleh warga Indonesia atas problema perbedaan gender tersebut. Ada yang menerima dengan alasan membantu ekonomi keluarga ataupun menolaknya karena kaum wanita yang seharusnya di rumah mencari pekerjaan yang seharusnya di tempatkan untuk kaum lelaki. Sebab-sebab tersebut memicu konflik yang sering terjadi di kehidupan rumah tangga. Seperti KDRT yang merebak di kalangan masyarakat awam ataupun di masyarakat borjuis. Jadi menurut saya perbedaan gender tersebut tidak perlu di besar-besarkan. Kalaupun harus di tanggapi kita harus menaggapinya dari sisi positifnya jangan selalu melihat dari sisi negatifnya saja. Itulah yang menyebabkan Perbedaan gender menjadi masalah sosial warga Indonesia .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar