Selasa, 25 Oktober 2011

MEDIA PENYIARAN

Tanggal kuliah :  24 Oktober 2011
Dosen :  Bapak Paulus Widyanto


Perkembangan  teknologi komunikasi dan  informasi telah melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya  akan  hak  untuk mengetahui  dan  hak  untuk memperoleh  informasi.  Informasi  telah  menjadi kebutuhan  pokok  bagi  masyarakat  dan  telah  menjadi komoditas  penting  dalam  kehidupan  bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perkembangan  teknologi komunikasi dan  informasi tersebut  telah  membawa  aplikasi  terhadap  dunia penyiaran,  termasuk  penyiaran  di  Indonesia.  Penyiaran sebagai  penyalur  informasi  dan  pembentuk  pendapat umum, perannya makin sangat strategis, terutama dalam perkembangan demokrasi di negara kita. Penyiaran telah menjadi  salah  satu  sarana  berkomunikasi  bagi masyarakat,  lembaga  penyiaran,  dunia  bisnis,  dan pemerintah.


Seperti yang kita ketahui, media sebagai alat bantu atau sarana penyebaran informasi terdiri atas media cetak dan media elektronik. Media cetak meliputi segala macam bentuk media yang memiliki unsur percetakan seperti koran, majalah, tabloid, dan lain sebagainya. Sedangkan media elektronik meliputi media yang menggunakan perangkat elektronik di dalamnya, seperti televisi, radio, komputer, dan juga internet.

Menurut  pembicara pada kelas kapita selekta kali ini, media elektronik sendiri memiliki anatomi yang terdiri atas 10 bagian, antara lain:

1. Lembaga / institusi penyiaran
Lembaga atau institusi sebuah media penyiaran dapat berupa perusahaan, holding, grup, yayasan, dan sebagainya. Lembaga penyiaran memiliki 3 jenis yaitu lembaga penyiaran publik, swasta dan komunitas.
2. Badan usaha
Badan usaha media dapat juga dikatakan sebagai perizinan. Perizinan berguna untuk menentukan apakah media penyiaran yang bersangkutan bersifat legal atau ilegal.
3. Kepemilikan
Media penyiaran haruslah dimiliki oleh sekelompok orang tertentu dengan aturan hukum yang sah.
4. Infrastruktur
Infrastruktur dari media penyiaran dapat berupa frekuensi, teknologi, gelombang elektromagnetik, satelit, kabel, dan lain-lain.
5. Konten / isi
Isi dari penyiaran sebuah media berupa informasi yang dapat berupa berita, hiburan, dan sebagainya. Isi dari sebuah media-lah yang akan menentukan karakteristik media itu sendiri.
6. Revenue / pendapatan
Pendapatan sebuah media penyiaran dapat dihasilkan melalui iklan dan sponsor. Semakin banyak iklan dan sponsor yang disiarkan, tentunya memberikan pendapatan yang tinggi.
7. Sumber daya manusia
Media penyiaran haruslah memiliki sumber daya manusia yang meliputi wartawan, reporter, redaktur, editor, dan lainnya.
8. Market / pasar
Pasar yang dimaksudkan dalam dunia penyiaran adalah area yang mencakup area global, nasional, regional, lokal dan komunitas.
9. Audiens
Audiens dari media penyiaran merupakan khalayak yang mengkonsumsi media tersebut. Audiens dari media penyiaran pun dikategorikan sesuai segmennya masing-masing.
10. Regulator
Regulator merupakan pengatur media penyiaran, di mana KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) berperan sebagai pengawas dari seluruh kegiatan media penyiaran.

Melihat adanya anatomi dalam media penyiaran, maka diperlukan UU Penyiaran yang berfungsi untuk mengatur infrastruktur media tersebut. Selain itu, UU Penyiaran berguna untuk menghindari hal-hal yang tidak berkenan seperti adanya SARA dan monopoli pasar. Oleh karena itu, UU Penyiaran harus terus diperbaharui mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

Selasa, 04 Oktober 2011

MEDIA MASSA & BUDAYA MASSA





Tanggal kuliah :  3 Oktober 2011




Dosen :  Aminah Swarna




Dewasa ini, media massa sangat mempengaruhi khalayaknya melalui pesan-pesan yang disebarluaskan secara besar-besaran. Pengaruh yang dialami oleh para pengkonsumsi media massa terbagi menjadi dua, yaitu pengaruh jangka pendek dan jangka panjang.  Dalam pengaruh jangka pendek, khalayak dari media massa secara langsung melakukan hal yang disampaikan melalui media massa tersebut. Sedangkan, pengaruh dalam jangka panjang mempunyai kekuatan tertentu yang dapat mempengaruhi kehidupan khalayak yang menerima pesan, baik secara disadari maupun tidak. Misalnya tren fashion yang terdapat dalam film, dan acara media, diapdaptasi sebagai tren fashion di khayalak.

Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui tehnik-tehnik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa. Budaya massa adalah budaya populer, yang diproduksi untuk pasar massal. Pertumbuhan budaya ini berarti memberi ruang yang makin sempit bagi segala jenis kebudayaan yang tidak dapat menghasilkan uang, yang tidak dapat diproduksi secara massal bagi massa seperti halnya kesenian dan budaya rakyat.

“Dari sudut pandang ini, tidak ada perbedaan nyata antara produksi material dan kultural, antara produksi mobil dan produksi film.”

Produk-produk budaya massa standar yang memiliki formula dan berulang-ulang merupakan hasil dari pembuatan komoditas-komoditas kultural melalui bentuk-bentuk produksi lini, pembuatan rutin, khusus, terfragmentasi. Karya seni, misalnya, tidak dapat dihasilkan dengan cara seperti ini. Kompleksitas estetis seni sejati, kreativitasnya, eksperimen-eksperimennya, tantangan-tantangan intelektualnya, tidak dapat direalisasikan melalui teknik-teknik produksi budaya massa. Karya-karya semacam itu lebih bergantung pada hal-hal yang sama sekali bertentangan dengan produksi massal, kegeniusan penuh ilham dari diri sang seniman yang bekerja di luar batasan pasar komersial, dan melalui berbagai formula dan tekhnik komposisi standar yang telah dicoba dan diuji.

“Gambarannya adalah sebuah massa yang nyaris tanpa berpikir, tanpa merenung, menangguhkan segala harapan kritis, bersengkongkol dengan budaya massa dan konsumsi massa.”

Lahirnya masyarakat massa dan budaya massa, maka terjadi kekurangan sumber intelektual maupun moral untuk melakukan hal yang sebaliknya. Khayalak tidak dapat memikirkan alternatif-alternatif lain. Bidang budaya direduksi menjadi sebuah budaya massa umum. Seni jauh menembus batas cita-citanya, dan sudah kehilangan budaya rakyatnya. Budaya rakyat dihasilkan oleh sebuah komunitas terintergrasi yang tahu apa yang sedang dilakukan, yang telah menguasai tehnik-tehnik produksi, serta menjamin keaslian produknya. Sangat jauh dengan budaya massa yang harus diproduksi secara massal demi mendapat keuntungan material.

Pengaruh komunikasi massa bagi khayalak dan menjadi ciri massa adalah terciptanya Budaya Massa. Menurut Bennet dan Tumin, KEBUDAYAAN MASSA adalah : “seperangkat ide bersama dan pola perilaku yang memintas garis sosio-ekonomi dan pengelompokan sub-kultural dalam suatu masyarakat yang kompleks”. Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan industri produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan pada khalayak konsumen. Pengertian lainnya, budaya massa adalah budaya populer yang diproduksi untuk pasar missal. Sementara menurut Aliran Frankfurt, budaya populer adalah budaya massa yang dihasilkan industri budaya untuk stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. Budaya massa memiliki rumusan, berulang dan bersifat permukaan, mengagungkan kenikmatan, sentimental, sesaat dan menyesatkan dengan mengorbankan nilai-nilai keseriusan, intelektualitas, penghargaan atas waktu. Jadi budaya massa adalah suatu kebudayaan yang kurang memiliki tantangan dan rangsangan intelektual, lebih cenderung pada pengembangan fantasi tanpa beban dan pelarian.

Fishwick dan Wilson mengakui bahwa BUDAYA POPULER sebenarnya dapat diartikan sebagai “ bentuk budaya yang dimiliki oleh setiap orang dalam suatu masyarakat tertentu”. Budaya tersebut dipengaruhi berbagai rangsangan dari luar (termasuk media massa) yang tidak kita sadari namun membuat kita melakukannya.


Budaya massa dapat muncul dalam bentuk mengikuti selera masyarakat secara beramai-ramai memilih jenis produk seperti shampoo Pantene, sabun mandi Lux, pelembab Ponds, makan di pizza Hut, minum kopi di Starbuck, mendengarkan musik pop/dangdut, menggunting rambut ala Demi More, menjagokan Argentina pada perebutan piala dunia dan sebagainya. Budaya massa senang menciptakan dan memenuhi IMPIAN-IMPIAN. Budaya massa memenuhi kebutuhan massa akan HIBURAN, bukan ESTETIKA, KEDALAMAN atau KONTEMPLASI. Akibatnya orang cenderung menyukai yang ringan-ringan, tidak begitu suka pada yang serius atau ‘berat-berat’. Hal ini pada akhirnya memunculkan penggolongan “BUDAYA TINGGI” dan “BUDAYA RENDAH”.



Dalam hal ini Media massa berperan penting dalam menyebarluaskan dan menyiarkan budaya massa ini. Publisitas, iklan dan reportase turut menunjang penyebarannya. Ghanney dan McQuail mengemukakan bahwa peranan media massa dalam kaitannya dengan budaya massa adalah mengendalikan dan mengarahkan perilaku khalayak konsumen (misalnya melalui iklan) atau juga perilaku politik pada sejumlah besar pemilih dalam PEMILU.

• Budaya Massa tidak hanya bersifat material tetapi juga immaterial, seperti cara berpendapat dan berpikir, cara merasakan sesuatu sampai pada tindakan tertentu. Budaya massa dapat berupa antara lain Novel, Lagu Pop, Karya budaya yang diproduksi untuk konsumsi massa, Karya Budaya Populer
• Seni hiburan populer dan biasanya juga komersial disebut juga KITSCH. Menurut Umar Kayam, KITSCH mempunyai ciri-ciri :
- Gampang dimengerti
- Gampang “dikunyah”
- Tidak menuntut partisipasi yang jauh dari penggemarnya
- Tidak menuntut pemikiran yang mendalam dari khalayak
- Selalu siap sedia untuk “disantap” dengan langsung dan segera

Mengutip pendapat Ralp Lowenstein dan John Merril mengatakan bahwa ada 3 tahap perkembangan media massa dalam kaitannya dengan budaya massa :
1. Tahap Elit
Berlalunya perkembangan media cetak pada abad 16, maka BUDAYA ELIT yang merupakan budaya yang dimonopoli kaum berpendidikan dan kaum kaya serta para aristokrat perlahan memudar. Budaya elit mulanya mengacu pada suatu budaya masyarakat kelas atas. Pada saat itu pemisahan budaya kelas atas dengan kelas bawah masih sangat terasa. Masyarakat bawah hanya berfungsi sebagai penghibur kaum elit

2. Tahap Populer
Kondisi di atas tidak bertahan lama, perkembangan media massa memungkinkan rakyat biasa menikmati, mengikuti, mempelajari segala sesuatu yang sebelumnya hanya dinikmati oleh kelompok atas
Pada saat bangkitnya masyarakat untuk memiliki segala sesuatu berdasarkan terpaan media itulah timbul BUDAYA MASSA

3. Tahap Spesialisasi
AS dipandang dalam sejarah media massa sebagai bangsa yang mempelopori era spesialisasi media. Di AS timbul gerakan yang mengarahkan media kepada khalayak tertentu, baik secara demografis (berdasarkan usia, pekerjaan, jenis kelamin) maupun psikografis (berdasarkan gaya hidup, perilaku, sikap, pandangan). Pada tahap spesialisasi, media dikelola secara profesional kemudian diarahkan kepada khalayak yang sudah direncanakan terlebih dahulu.

Oleh karena itu, budaya massa adalah suatu kebudayaan yang kurang memiliki tantangan dan rangsangan intelektual, cenderung pada pengembaraan fantasi tanpa beban dan pelarian. Budaya massa merupakan suatu kebudayaan yang mengingkari upaya berpikir dan menciptakan respons-repons emosional maupun sentimentalnya sendiri, dan bukannya meminta khayalaknya untuk menggunakan pikiran mereka dan mengusahakan respons mereka sendiri. Dalam pengertian ini, budaya massa mulai mendefinsikan realitas sosial untuk khayalak ramai. Oleh karenanya, ada kecenderungan menyerdehanakan dunia nyata dan mengabaikan persoalan-persoalannya. Jika masalah-masalah tersebut diketahui, maka biasanya budaya massa memperlakukannya di tingkat permukaan dengan menghadirkan solusi-solusi yang mudah dan keliru.

Budaya massa menyita waktu dan energi yang lebih baik digunakan untuk usaha-usaha lain yang lebih konstruktif dan bermanfaat—misalnya seni atau politik, ataupun penyadaran budaya rakyat. Budaya massa jelas memiliki dampak merugikan terhadap khayalaknya, membuat mereka menjadi pasif, melemahkan, rentan sehingga menjadi korban manipulasi dan eksploitasi.

Budaya massa juga mendorong komersialisme dan mengagungkan konsumerisme, dibarengi dengan berbagai kelebihan keuntungan dan pasar, dan juga mengingkari tantangan intelektual sehingga cenderung membungkam suara yang bertentangan karena ia merupakan sebuah kebudayaan yang melemahkan semangat dan membuat pasif.